NADIA
Pagi
itu sekitar jam 06.00 saat aku sedang mencuci motor tua peninggalan
almarhum ayahku, aku melihat Nadia anak tetanggaku yang sedang
tergesa-gesa membuka gembok pagar rumahnya, nampaknya Nadia sedang sakit
ketika aku perhatikan wajahnya terlihat pucat, dan bibirnya gemetar.
Tapi kalau dia sakit kenapa dia tidak memakai mantel atau jaket tebal,
dia malahan memakai jeans belel dengan T-shirt bertuliskan “love is a
game” berwarna baby pink, aku coba menanyakan keadaanya.
“kamu dari mana Nad, kok Nampak pucat?” kataku.
Tapi
Nadia tak menjawab pertanyaanku, dia membuka pintu pagar dan bergegas
masuk rumah, Nadia memang sering tinggal dirumah sendirian, orang tuanya
sibuk mengurus perusahaan mereka dan sering pergi keluar kota,
terkadang ibuku sering mengajak dia menginap dirumahku dan tidur bersama
kakaku yang cewe, tapi kerap kali pula Nadia menolak dengan alasan
tidak mau merepotkan ibuku. Dulu waktu aku dan Nadia masih berteman baik
Nadia sering berkunjung kerumahku, tapi itu dulu sebelum Nadia mengenal
teman-temannya yang gaul dan borju, sekarang Nadia sudah berubah
setelah mengenal mereka, Nadia bahkan sering keluar malam dan pulang
pagi. Dia sering jadi omongan para tetangga, tapi Nadia tidak perduli
dan cuek-cuek saja, ibu dan ayahnya sering menegurnya tapi Nadia
berontak dan sering sekali terjadi pertengkaran hebat antara Nadia dan
orangtuanya. Bahkan aku pernah mendengar mereka bertengkar dari jendela
kamarku, ayah Nadia mencerca Nadia dengan kata-kata yang tak pantas
didengar.
Kringgg…..krriiiiiinnggggggg……kriiinngggg….
Bel
tanda pelajaran usai berbunyi, seakan memberikan tanda bahwa waktunya
santai dirumah, murid-murid berhamburan keluar kelas sambil meneteng tas
menuju rumah mereka, dan aku sengaja berjalan dengan santai keluar
kelas, aku ingin menengok kelas Nadia, biasanya hari selasa dikelas
Nadia ada pelajaran tambahan, kalo dikelas aku hari senin setelah pulang
sekolah. Kelas aku dan Kelas Nadia terpisah beberapa kelas saja,
setelah aku melewati kelas Nadia aku melihat bapak Mamad yang dijuluki
bapa intimidasi oleh murid-murid sedang menjelaskan pelajaran Matematika
dengan tegang dan serius, tapi aku tak melihat Nadia, bangku yang biasa
Nadia duduki hari ini kosong, aku mulai melirik ke penjuru kelas dengan
hati-hati agar bapak Mamat tidak melihat gerak-gerikku, Tapi hasilnya
nihil Nadia tidak duduk disudut mana pun. Mungkin Nadia benar-benar
sakit.
Kemudian aku berjalan meninggalkan kelas Nadia, sesampai aku diteras
sekolah ternyata hujan turun membasahi bumi, dan aku kemilih untuk
berteduh dulu diteras sekolah sambil memandang tiap tetesan hujan
pikiranku melayang, memikirkan saat-saat aku masih bersahabat baik
dengan Nadia. Aku masih ingat saat Nadia memukul anjing tetangga komplek
sebelah dengan kayu karena anjing itu mengejarku sewktu aku pulang dari
sekolah, dan mulai hari itu kami berteman dan sering bermain bersama,
Nadia teman pertama aku sewaktu SMP dulu saat teman-teman aku yang lain
mengejekku dan mengata-ngatai aku cupu, namun Nadia malah dengan santai
mau berteman dengan aku, dan mengajari aku membuat layang-layang, untuk
pertama kalinya aku bisa membuat layang-layang hari itu. Nadia anak
perempuan yang bisa aku bilang tomboy dan cuek dengan penampilan, aku
pernah melihat Nadia bermain bola dengan anak laki-laki dalam keadaan
masih memakai baju piyama.
“kamu kenapa melamun jonn..?” tiba-tiba ada suara yang mengagetkanku.
Ternyata itu adalah suara Rania salah satu anak culun yang ada disekolah
ini, dan Rania ini satu kelas sama Nadia. “eh, kamu Ra..hhmmphh…Nadia
hari ini engga masuk sekolah ya?”. Mumpung ada teman satu kelas Nadia
sekalian aja aku tanyain, meskipun aku tau kalau Rania akan menjawab
dengan jawaban lebih banyak tidak tau ketimbang taunya. “bukan Cuma hari
ini Jon, Nadia tidak masuk sekolah tapi sudah satu minggu dia absen dan
tidak ada kabarnya” kata Rania. Ucapan Rania mengagetkan aku sebenarnya
apa yang terjadi dengan Nadia, semenjak dia berteman dengan “genk
cubietus”, sebuah genk anak-anak gaul yang hobby menghambur-hamburkan
uang orang tua mereka untuk hal-hal yang sama sekali tidak penting, tiap
malam kerjaannya clubbing di discotik bintang lima, dan teman-teman
seperti itu lah yang dijadikan Nadia sahabatnya.
Setelah berbasa-basi sedikit dengan Rania, aku pamit untuk pulang
duluan. Sambil mengendarai motorku rintik-rintik hujan kecil menetes
membasahi kaca helmku. Aku masih berfikir didalam benakku kenapa Nadia
tidak kesekolah selama satu minggu. Dan aku putuskan hari ini aku akan
kerumah Nadia untuk mengetahui kondisinya, meskipun resikonya dia akan
mengusir aku sama kaya seperti dulu. Aku bahkan tidak pernah lupa
kata-kata yang Nadia ucapkan waktu aku kerumahnya untuk menengoknya yang
sedang sakit, “ngapain loe ke rumah gue?dasar anak culun gak
gaul,keluar loe sekarang” kalau kata-kata itu aku ingat rasanya bulu
kudukku meremang. Aku tidak mengerti sebenarnya apa salah aku?, apa
hanya karna aku culun dengan kacamata besar dan tebal? Mungkin Nadia
malu berteman dengan aku, aku sadar semua kekurangan aku dan mungkin
Nadia pikir aku tidak selevel dengan Nadia yang cantik.
Tanpa aku sadari aku sudah memasuki gerbang komplek perumahanku setelah
tikungan, aku akan sampai dirumah, namun tiba-tiba sebuah mobil polisi
dengan sirine yang mengaum-ngaum memecah keheningan jalanan di sekitar
komplek rumahku, dengan kecepatan tinggi mobil polisi itu memasuki
tikungan menuju rumahku. Karna rasa penasaran aku pun ikut memacu motor
tuaku memasuki tikungan rumahku.
Dan betapa terkejutnya aku melihat kenyataan ini, ternyata mobil polisi
itu berhenti dirumah Nadia yang bersampingan dengan rumahku, tak hanya
mobil polisi tetapi juga ambulance juga berhenti dan parkir dihalaman
rumahku, rumah Nadia digerumungi oleh tetangga yang penasaran dengan apa
yang terjadi disana, kemudian aku melihat ibuku yang sedang berbicara
dengan polisi, aku melihat raut wajah ibu nampak kebingungan. Dengan
cepat aku parkirkan motorku di samping rumah dan berlari kerumah Nadia.
“jam berapa ibu ke rumah Nadia?” kata seorang polisi kepada ibu,
kemudian ibu menjawab “jam 12 siang pak, saat saya ingin mengantarkan
makanan untuk Nadia, karna dia cuma sendiri dirumah” kata ibu menjawab
pertanyaan polisi. Tidak beberapa lama kemudian aku melihat petugas
rumah sakit membawa tandu yang berisi tubuh yang di tutup dengan sprey
berwarna putih. Ibu memelukku sambil menangis, saat itu aku masih
kebingungan sebenarnya apa yang sedang terjadi, sesaat berlalu ambulance
yang membawa mayat itu pergi meninggalkan komplek kami menuju rumah
sakit.
Keramaian dirumah Nadia mulai sepi saat mobil ambulance dan mobil
polisi meninggalkan rumah Nadia, dan aku membawa ibu pulang untuk
menenangkan kondisi ibu. Setelah ibu mulai tenang ibu bercerita, dan
betapa terkejutnya aku saat mendengar semua cerita ibu yang siang itu
ingin mengantarkan sub jagung untuk Nadia, dan sewaktu mengetuk pintu
ternyata tidak ada sahutan dari dalam, dan saat itu ibu memberanikan
diri untuk membuka pintu rumah Nadia ternya tidak dikunci. Ibu berfikir
bahwa Nadia sedang tidur dikamar dan ibu bermaksud untuk membangunkan
Nadia. Ketika ibu membuka kamar Nadia, ibu melihat Nadia membujur kaku
dengan busa dibagian mulut, di sekitar Nadia berhamburan obat-obatan,
segeralah ibu menelpon polisi.
Keesokan harinya pukul 07.00 iring-iringan ambulance datang kembali,
kali ini ambulan datang dengan iringan mobil mewah yang aku bisa tebak
itu adalah mobil keluarga Nadia. Nampak sebuah peti berwarna merah marun
diturunkan dari mobil ambulace, di sertai tangisan histeris seorang
wanita yang kira-kira berusia 35 tahun, itu adalah ibu Nadia. Aku, ibu,
dan kakaku bergegas kerumah duka untuk mengucapkan rasa duka, ibu Nadia
dalam tangisnya bercerita bahwa Nadia OD (over dosis) karna mengonsumsi
obat tidur, selain itu juga hasil outopsi membuktikan bahwa Nadia
mengonsumsi Narkoba. Ibu Nadia meminta kami untuk menyembunyikan
kematian Nadia yang bunuh diri tapi aku rasa semua tetangga tau melihat
kenyataan yang ada. Para tetangga, teman-teman sekolah Nadia mulai
berdatangan untuk memberi penghormatan terakhir pada Nadia. Pukul 14.00
jasad Nadia dimakamkan dipemakaman umum dikomplek kami. Suasana pekat
duka dan haru melepas kepergian Nadia, bahkan ibu Nadia sampai jatuh
pingsan saat jasad Nadia dimasukkan kedalam tanah,.
Sehari setelah pemakaman Nadia, keluarga Nadia memutuskan pindah
rumah dan menjual rumah mereka dengan alasan, mereka ingin mengganti
suasana baru, ibu Nadia juga kerap kali merasa Nadia berjalan-jalan
dirumah mereka, hal itu membuat ibu Nadia kembali bersedih. Kematian
Nadia secara tiba-tiba memang membuat semua orang yang mengenal Nadia
terkejut, kematian Nadia yang terbilang cukup muda membuatku semakin
sadar betapa bermaknanya hidup ini, jika hanya untuk hura-hura.
Perjalanan hidup masih panjang bahkan jalan kesuksesan dalam hidup belum
aku tapaki. Nadia akan tetap aku kenang sebagai sosok teman dimasa
kecil yang istimewa, meskipun ketika kami sama-sama besar Nadia
menjauhiku, tapi aku tetap menganggap dia temanku. Sebenarnya Nadia
adalah anak yang baik hanya saja pergaulan membuat dia tersesat dan tak
bisa menemukan jalannya kembali.
Nadia terima kasih atas kebaikanmu dimasa kecil kita…
Semoga kamu damai disana….
Hallo Guys Kini Situs judi Online SahabatPoker Hadir dengan Permainan Baru yaitu Bandar 66 Online
BalasHapusadalah sebuah game kartu 66 permainan bandar online terbaru yang di liris atau lauching di situs SahabatPoker, game Bandar 66 online menjadi game yang sangat populer di kalangan pecinta judi online, karena game ini sangatlah mudah untuk dimainkan, cara main cukup mudah karena permainan ini hanya menggunakan 1 buah kartu di tangan anda, anda hanya tinggal menjumlahkannya saja.