Breaking News :

logo

Home » » Nurul Hidayah

Nurul Hidayah

Jumat, 16 Mei 2014 | 0 komentar

SYAIR TUK PEMILIK RINDU

Rusuk-rusuk berparadigma dalam irama ria
Letikan roma-roma menelusuri relung rambu-rambu antara jiwa dan rasa
Semuanya biasa namun biasmu di mataku berbeda
Sorotan sederhana nampak istimewa dan beraura
Kau tak terbaca dengan irisan pena
Rentetan bayangan melambung dalam kesejukan malam
Kau hadir di antara jelangan rindu dan semu
Aku tak tahu, lukisanmu mengulas euforia berbatu
Nuansa rindu menari di pucuk daun
Lautan terhenyak menyaksikan bidikan tersembunyi
Rautan mengiris kalbu, apakah itu merindu?
Senyumanmu terukir di taman bahanaku
Ku menunggu . . .

PUZZLE SENJA

Mata kecil kita menerobos sesuatu dalam puzzle kehidupan
Aku hanya bisa mengutarakan lewat senja yang kau kirimkan
Sedangkan kau hanya menyapaku di saat terik mulai menyala
Kita diam.
Ingatkah saat daun pionara itu terjatuh?
Ingatkah telaga yang kita renungi?
Ingatkah saat dua liontin itu melintas?
Sekali lagi, aku hanya bisa mengutarakan lewat senja yang kau kirimkan
Sedangkan kau hanya menyapaku di saat terik mulai menyala.
Kita kembali diam.
Dalam selimut lavender aku mengawang
Membawa telaga yang kita renungi saat senja
Aku pun tahu,
Kita bicara dengan bahasa puzzle
puzzle senja...
Keterbalikan ruang dan waktu
Kita bicara lewat diam.
Itulah jawaban.
Lalu naik sambil melihat langit
Dan menggerak gerakan kata
“pulang yang dating”
Pulang yang pergi”
Kini, perempuan itu
Bermimpi bertemu ibunya dipintu
Ia pun menyuguhkan dua buku pada ibunya
Berharap ia berhikayat pengantar tidur yang sempurna
                                                                                                                 Banjarmasin 31 januari 2014

MAHABBAH

Bulan Sabit yang tersemai dalam jalinan kabut langit dan susunan bintang
Menjelma dalam bunga Azalia di dada, tepatnya di kalbu
Mimpi membawa asa itu terbang hingga menembus cakrawala persada
Berayun pada daun SURAH AL-IKHLAS
Lahirlah sang penggantung dengan congkak membawa selimut Al-Lahab berbangga diri
Sedangkan penggantung yang lemah menggigil dalam Al Muzammil dan bermandikan syair Abu Nawas
Dia merasakan derap-derap mahabbah tersusun pada sum-sum yang tak dapat diterjemahkan lensa
Sedangkan penggantung congkak menyimpan akar Al-Falaq “hasad” dari mimpi sampai pada dunia realitanya.
Mahabbah itu menjelma bagai pelangi di mata sang hamba
Menjelma bagai rembulan di tengah gelap dan kesunyian
Mahabbah yang takkan bisa dinilai dengan timbangan
Mahabbah itu menyusup dalam muhasabah dan kerinduan.
Akhirnya kesejatian itu terlahir.


DUKA DI ATAS NYANYIAN
Lorong-lorong menerka cahaya ria
Kala api beranak duka
Namun tungku yang lupa baranya
Bagaikan ikatan lepaskan induknya

Bernanyi. . .
Bernyanyilah si hati ilalang
Sunyi menyekap ke alamat nyawa
Sela sendiri sedih merasuk diri
Tak terhitung kapan beranjak lagi

Mencoba mendarat di lautan sinar
Menghapus debu si ombak kering
Itulah takdir sang rembulan
Kala mentari pupus sinarnya hilang
Banjarmasin 2013

BALADA NASIB SANG PAHLAWAN
Letak kaki seolah menari
Ditimbun pijak yang kian memburu
Kau terbang melewati jalur-jalur salju
Sorotan mata tak lepas menimpa isi kepalamu
Berlari menjauh atau lenyap saja

Daun-daun rindang menangis di pundakmu
mengiris kalbu seketika
Beranjak pergi ke dasar laut biru
Namun air tak bisa mendengar bisikmu
Sudut mana yang rela menyimpanmu?
Detik mana yang mampu diam untukmu?
Terbias pancaran di dadamu
Kau lepas senjata menarik kematianmu
Kau terjang kilauan mata tajam
Mata membisu namun menghunus nyawa lawannya
Kau bidik tebing melalui kekuatan batinmu
Serak suaramu menjadi bongkahan harapan
Hingga kau tak sadar, di manakah diri berpijak
Gelap penuh misteri, harapan yang mencabang menjadi berlian teruntai
Apakah penglihatanmu benar wahai sang pejuang?
Untaian berlian ataukah untaian rantai yang siap mengikatmu?
Tanpa sadar kau terperangkap dalam sel besi
Hidup menunggu waktu yang menjemput nasibmu

Banjarmasin 2013
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Tinggalkan Pesan Ya

 
Support : Creating Website | Johny Template | Pondok Huruf Sastra
Copyright © 2013. Pondok Huruf Sastra - All Rights Reserved
Template Modify by Ahmad Riduan
Proudly powered by Blogger