Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu.
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana
….
Itulah
sepenggal puisi “Selamat Pagi Indonesia” karya Sapardi Djoko Damono
yang dibacakan oleh Privat Lespanglo. Puisi tersebut dibacakan oleh
mahasiswa bahasa dan sastra UMP itu dengan penuh ekspresif pada acara
Panggung Sastra Malam Tahun Baru 2013,Senin 31 Desember 2012 di Balai
Kelurahan Karangwangkal, Purwokerto Utara. Puisi tersebut mengisyaratkan
hendak menyambut pagi yang baru di tahun 2013.
Acara
yang sudah berlangsung rutin dua tahun terakhir ini diselenggarakan
oleh Teater Tubuh Purwokerto. Menurut Ade Pamungkas selaku Humas panitia
acara tersebut dimaksud sebagai ajang silaturahmi dan ekspresi bagi
para sastrawan,pegiat sastra dan peminat sastra di Banyumas dan
sekitarnya. “Juga untuk menyambut tahun baru dengan berpuisi dan
refleksi bersama, inilah mungkin salah satu cara seniman menyambut tahun
baru yang berbeda dibanding orang kebanyakan. Dengan berpuisi kita bisa
menikmati keindahan pembacaannya dan juga makna yang terkandung
didalamnya”,imbuhnya.
Hujan
yang mengguyur kota Purwokerto malam itu tidak menyurutkan langkah para
pegiat sastra untuk hadir di acara tersebut. Hadirin yang datang dari
berbagai komunitas secara bergantian membacakan puisi,geguritan,dongeng
bahkan essay pendek. Tak ketinggalan Bambang Wadoro yang juga ketua
Teater Tubuh tampil mendramatisasikan puisi “Marto Klungsu dari Leiden”
karya Darmanto Jatman.
Seniman
lain yang hadir dan membaca karya sastra antara lain Jarot C.Setyoko,
Wage Teguh Wijono, Agustav Triono, Irfan M.Nugroho, Dimas Indianto,
Febrian A Hasibuan, Krishna, Syaikhul Irfan, Obi Suharjono dan Shourisha
Arashi. Sedangkan dari komunitas seni antara lain Komunitas Penyair
Institute, Sanggar Wedhang Kendhi, UKMS FH Unwiku, Teater Jodo, Teater
Teksas Unsoed, dan Teater Didik STAIN.
Bambang
Wadoro dalam refleksi yang dibacakannya menjelang pergantian tahun
menggarisbawahi bahwa sastra bisa dijadikan sebagai penyelaras hidup dan
kehidupan. Acara tersebut ditutup dengan doa bersama. Pegiat sastra,
Irfan M.Nugroho mengharapkan acara serupa lebih sering digelar agar
kehidupan sastra di Banyumas kian bergairah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Pesan Ya