Kala
rumus di basuh hujan
Dalam
pasir pasar bebas
Makro
dan mikro jadi pembelajaran
Dalam
aspek hukum akuntansi
Lilitan
dodol di kertas buram
Menggantung
mangga di pohon pisang
Sebuah
hukum di asumsikan angka
Pada
mimpi belalang sawah
Berceloteh
kata tanpa rumus
Dongkol
hati di atas samudera
Mencari
harta di negeri orang
Tanah
sendiri di sewakan
Meminum
keringat majikan
Akhir
bersembunyi di bawah jembatan
Kalian
tahu ini hukum
Tapi
kenapa kredit dan debit
Tak
pernah selesai di asumsikan
Sa’at
ekonomi berkata Islam
Maka
manajemen berbasis syariah
Hukum
ekonomi tanpa bunga
Tapi
untung sama untung
Marabahan,
30 September 2013
MAHKOTA BERKARAT
Media masa kembali berkata
Jeritan
anak pendidikan
Tentang
musang memakan anaknya
Serta
elang mencengkram telurnya
Masa
remaja di perjual-belikan
Dalam
buaian mawar hitam
Kupu-kupu
tanpa keindahan
Betapa
rendahnya derajat ini
Mahkota
raja di jaja di pinggir jalan
Atau
di pajang di hotel berbintang
Kadang
mereka menangis
Atau
tersenyum sa’at uang berbicara
Dentingan
waktu perlahan mengikis
Kedok
hitam berwajah putih
Pendidikan
tempat maksiat
Tapi
umur baru belasan
Kemanakah
para kucing ?
Pemangsa
tikus jalanan
Apakah
kucing terbuai ikan !
Atau
mati dikeroyok tikus !
Marabahan,
9 september 2013
SAYAP ITU TELAH PATAH
“Maaf”
Hujam
kata air mata
Mengalir
di musim kemarau
Dalam
kepak kesetiaan
Hanya
kata itu kau ucapkan
Berlalu
tanpa peduli
Aku
terbang hingga ke bintang
Kau
patahkan impianku
Aku
merpati tanpa sayap
Yang
menyisakan kesetiaan
Hanya
darah yang setia mengucur
Di
sela jari sayap yang patah
Sedang
mimpi terbawa angin
Untuk
kembali denganmu
Banjarmasin,
28 agustus 2013
AKU DAN PUISI
Bagai
rimba dedaunan
Di
tengah samudra berpasir putih
Terseok
pasir yang menggulung
Di
hempas lautan tak bertepi
Semua
pergi dalam lantunan waktu
Beranjak
dari kata dan huruf
Sebuah
kalimat yang tak sempurna
Di
malam gelap
Bagai
langit tak berbintang
Kunang-kunang
tanpa keindahan
Hidup
di hempas dedaunan
Inilah
aku
Sebuah
puisi yang tak selesai
Di
tinggal huruf
Di
pisahkan kata
Banjarmasin,
17 september 2013
METAMORFOSIS
Hidup
dari merangkak
Perlahan
berjalan dengan pasti
Hingga
kuat kaki pun berlari
Hukum
alam dalam kehidupan
Menangis
di sekolah dasar
Sedikit
nostalgia menengah pertama
Sayap
mengembang di sekolah menengah atas
Hingga
terbang pada masa pamplet kuliah
Metamorfosis
masa remaja
Mahasiswa
gelar tertinggi
Sekolah
rakyat dengan perut yang melilit
Baju
lusuh sepatu bertali
Tas
hitam ke abu-abuan
Berjalan
antara mesin dan debu
Malam
bekerja untuk biaya esok hari
Perantauan
anak miskin
Ke
kota mencari ilmu
Dengan
hakekat tak pandang menyerah
Ulat
berbulu menjijikkan
Di
singkirkan dari peradaban
Orang
miskin terabaikan
Dengan
tikus di kolong jembatan
Ingatlah…….
Kupu-kupu
dengan segala keindahan
Metamorfosis
dari ulat yang menggelikan
Banjarmasin,
12 september 2013
SENJA DI UJUNG PULAU
Aroma asap pedati
Gemerincing
bayangan semu
Terdengar
rantai kursi roda
Bergesek
zaman peradaban
Tumpukan
kayu mulai menghitam
Di
tumbuhi jamur kemalangan
Tanah
ini, semakin kering
Sa’at
hujan tornado melanda
Aku
terpaku di tepian waktu
Kolam
ikan terlihat bangkai
Sedang
hutan semakin gundul
Mentari
senja peradaban
Di
sisa waktu tadi pagi
Inikah
tanahku…..?
Sa’at
kemerdekaan alunan nada selalu bergema
Dari
pelosok tepian kota
Dalam
bingung aku bertanya ?
Sudahkah
kita merdeka ?
Sa’at
darah di tumpahkan
Tubuh
ini semakin merah
Di
bungkus kain berwarna putih
Akankah
bangkit kembali
Kata
merdeka di kemudian hari
Banjarmasin,
20 agustus 2013
KOSONG
Kehampaan dalam hidup
Menyeret
waktu terhadap dosa
Kenikmatan
dosa menceburkanku
Pada
lubang kesengsaraan
Angan-angan
masa depan
Mimpi
anak di
siang bolong
Adakah
malam untukku besok pagi
Terbayang
lesu wajah orang tua
Berilah
aku ampunan
Sebelum
malam menelantarkanku
Berilah
aku ke ma’afan
Sa’at
sesal ku ucapkan
Berilah
aku peta kehidupan
Sebelum
hutan menyesatkanku
Hari
yang suci ku nodai dengan hitam
Kini
aku terkantung-kantung
Di ruang
hampa kekosongan
Ini
malam semakin kelam
Tiada
rembulan dan sang bintang
Langit
kosong coretan hitam
Mentertawakanku
dengan kesombongan
Sebelum
pagi membangunkanku
Astagfirullah
ku lantunkan malam ini
Air
mata sebagai saksi
Banjarmasin,
13 agustus 2013
ILUSTRASI PELANGI MALAM
Saat senja lucuti matahari
Aku
berdiri di atas rumput yang bergoyang
Angin
malam perlahan datang
Di
atas lampu perempatan jalan
Melihat
ayam menari-nari
Dalam
mimpi si anak srigala
Ada
domba dalam cengkraman
Tapi
asa terselip kenangan
Ilustrasi
singkat widuri malam
Dalam
senyum penuh keterpaksaan
Kecantikan
sebuah kutukan
Sedang
kejelekan tercampakkan
Malam
ini hujan turun
Di
balut tangis penyesalan
Dalam
tambat kata-kata
Air
mata sebagai bukti
Karena
pelangi telah di ujung senja
Banjarmasin,
8 juni 2013
ADA REMBULAN PADA SENYUM PAGIMU
Kulihat ada rembulan di balik kelopak matamu
bersama
ombak dan angin
mensketsakan
segala pagi hari
Yang
berlari mencari keringat embun
Lambaian
kupu-kupu
Mengintip
di sela ranting daun
Yang
berhembus di antara kepulan teh
Atau
kopi pagi hari
Ku
hirup sisa-sisa embun daun
Mengalir
di kali dadaku
Bermuara
pada senyum bibirmu
Kasih,
kau warnai senyum hariku
Dengan
pelangi berjuta warna
Pada
kasih sayangmu
Banjarmasin,
10 oktober 2013
IBU, DALAM MALAMMU
Linanngan
itu masih terlihat jelas
Ucapan
malu di dalam hati
Hanya
sekedar apa kabar ?
Apa
kabar ibunda ?
Rembulan
itu di kaki langit
Dongeng
masih di perdengarkan
Di
balik bantal guling
Ibu:
mimpi itu,
Antara
kuningnya daun yang berguguran
Di
terpa angin tak bermesin
Sajak
rindu kata-kata
Berbaris
antara bibir dan pena
Mentertawakan
bunga kuncup
Kupu-kupu
tak berwarna
Akhir
rindu anak perantauan
Masa
kecil ada cerita
Di
tengah malam ada air mata
Banjarmasin, 5 september 2013
MIMPI RAKYAT
Kapankah padi rajai dunia
Sedang
singkong tak pernah di tanam
Pohon
menjulang di robohkan
Tapi
harga tak masuk di akal
Kami
menjerit dalam geram
Hati
menangis dalam kata
Di permainkan si anak angsa
Sebab
elang tak punya cakar
Kemegahan
yang hanya mimpi
Kebahagiaan
yang sungguh fana
Karena
tersimpan dalam saku celana
Banjarmasin, 12 juni 2013
SAJAK PADA BULAN
Sajak
ini kutulis tengah malam
saat
rimbun daun
Menjatuhkan
embun disela mataku
“ada
yang indah”
Sapaan
bintang pada rembulan
Dikikis
angin aurora
Bagai
limun tanpa di peras
Rinduku
pada rembulan
Pada
pasang-surut gerhana
Tanpa
pantai di rayu ombak
Banjarmasin,
1 September 2013
JALAN PUISI
Merah jingga di atas kuning
Menghirup
senja di perjalanan
Aroma
aspal mulai menguning
Menyesakkan
rumput ilalang
Ini
puisi jalanan
Secarik
kertas pengharapan
Bersama
tumpukkan aspal gorengan
Di
injak tapi di harapkan
Sinar
jingga ke peraduannya
Dalam
tarian ilalang alang-alang
Puluhan
buruh mengais aspal
Mencari
serpihan nasi
Aku
termenung
Di
atas angin yang menggerakkanku
Dengan
lambaian manja si kupu-kupu
Ini
bangsa punya siapa ?
Kenapa
orang menjadi buruh di luar negeri ?
Di
persimpangan empat penjuru
Ada
jembatan pengharapan
Nenek
tua tanpa selimut
Tertidur
nyenyak pada mata yang sayu
Ini
puisi anak jalanan
Mengalir
tanpa air
Hanya
air mata yang terus mengalir
Handil
Bakti, 29 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Pesan Ya